Friday, July 17, 2009

Field Lab: Pemantauan Status Gizi Balita dan Ibu Hamil

Keterampilan Pemantauan Status Gizi Balita dan Ibu Hamil di Puskesmas Masaran II Kabupaten Sragen


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. (Sururi, 2006). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Rinkesdas) 2007, 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota, tingkat prevalensi gizi buruknya masih berada di atas rata-rata nasional yakni 5,4%. (Media Indonesia, 2008).

Pemerintah telah lama telah berusaha mengurangi angka kejadian gizi buruk. Penatalaksanaan gizi buruk tidak cukup hanya dengan pemberian makanan tambahan (PMT), karena banyak masalah lain yang memerlukan pemecahan yang berbeda. Adanya penyakit penyerta perlu diatasi terlebih dahulu, baru kemudian memperbaiki status gizi. Pola asuh yang salah juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab gizi buruk pada balita, sehingga berbagai macam faktor tersebut harus ditelusuri lebih dalam sebelum menentukan penatalaksanaan gizi buruk yang tepat sesuai dengan penyebabnya.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil bertujuan untuk mengetahui status gizi ibu hamil. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi selama kehamilan, ibu hamil diharapkan mendapatkan asupan pangan yang adekuat sesuai kebutuhan sehingga dapat mencapai pertambahan berat badan yang optimal bagi tumbuh kembang janin. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pengukuran LILA adalah untuk menapis wanita yang berisiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada masa kehamilan. (Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta, 2008).

Pembelajaran Field Lab merupakan salah satu cara membekali mahasiswa, agar pada saatnya nanti mahasiswa telah siap berorientasi penuh pada masyarakat. Mahasiswa memperoleh berbagai tambahan ilmu dengan observasi langsung di lapangan, bukan hanya teoritis di dalam kuliah. Dengan mengikuti pembelajaran Field Lab, mahasiswa dapat membekali diri dengan dasar teori baik untuk pembelajaran formal dalam akademis maupun keterampilan pemantauan status gizi masyarakat yang nantinya akan sangat berguna pada saat terjun ke lapangan ditengah-tengah masyarakat.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemantauan status gizi balita dan ibu hamil di Puskesmas.

· Mahasiswa mampu melakukan pemantauan status gizi balita (screening status gizi balita):

1. Mampu melakukan pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB)\ atau panjang badan (PB), dan umur (U) balita.

2. Mampu mengkategorikan hasil pengukuran BB, TB, atau PB dan U dalam status gizi balitan menurut aturan WHO.

3. Mampu mengisi dan membaca Kartu Menuju Sehat Balita (KMS-Balita).

4. Mampu melakukan tindakan berdasar keadaan balita pada KMS-Balita.

· Mahasiswa mampu melakukan pemantauan status gizi ibu hamil:

1. Mampu melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada wanita usia subur, khususnya ibu hamil.

2. Mampu mengkategorikan hasil pengukuran LILA sesuai Pedoman Penggunaan Alat Ukur LILA.

3. Mampu melakukan tindak lanjut atas hasil pengukuran LILA terhadap ibu hamil.

BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan Field Lab dilaksanakan pada tanggal 5 dan 12 Desember 2008 di Puskesmas Masaran II, Kabupaten Sragen. Pada tanggal 5 Desember 2008 mahasiswa diberikan pembekalan kegiatan Field Lab oleh Instruktur Lapangan dan evaluasi awal tentang hasil pembelajaran dari Buku Rencana Kerja (BRK) yang telah dibuat. Pada tanggal 12 Desember 2008 mahasiswa melaksanakan observasi terlebih dahulu, dibimbing oleh Asisten Instruktur untuk semua kegiatan pengukuran. Arahan yang diberikan adalah mengenai pengenalan alat dan cara penggunaannya. Kemudian setelah mengamati, mahasiswa sendiri melakukan kegiatan pemantauan status gizi pada balita dan ibu hamil yang bersedia menjadi probandus di Puskesmas Masaran II.

a. Penimbangan Balita Dengan Menggunakan Dacin

Persiapan Penimbangan:

1. Menggantung dacin pada tempat yang kokoh.

2. Mengatur posisi batang dacin sejajar dengan mata penimbang.

3. Memeriksa ketepatan dacin, dengan menggeser bandul geser tepat pada angka nol, jika jarum penunjuk tegak lurus, berarti tidak perlu diseimbangkan lagi. Jika jarum belum tegak lurus, maka dapat diseimbangkan dengan penambahan batu kecil dalam plastik yang digantung di ujung batang dacin.

Pelaksanaan Penimbangan:

1. Memastikan bandul geser berada tepat pada angka nol, agar batang dacin tidak mengenai penimbang maupun orang lain.

2. Menanyakan hasil pengukuran BB sebelumnya, sebagai patokan agar penimbangan dapat berlangsung lebih cepat.

3. Memasukkan balita kedalam kantung timbang.

4. Mengatur bandul geser pada angka penimbangan sebelumnya, lalu kemudian disesuaikan sedikit hingga jarum penunjuk saling tegak lurus (telah seimbang).

5. Membaca hasil penimbangan dengan melihat angka yang tertera di ujung bandul geser.

6. Mencatat hasil penimbangan.

7. Mengembalikan bandul geser pada angka nol.

8. Mengeluarkan balita dari kantung timbang.

b. Pengukuran Panjang atau Tinggi Balita

Balita berumur kurang dari 2 tahun (<2>2 tahun), atau sudah dapat berdiri tegak sendiri diukur tinggi badannya dengan menggunakan microtoise,

Dengan Papan Pengukur

Persiapan Alat:

1. Meletakkan papan pada permukaan yang datar (misalnya meja).

2. Membuka kunci pengait papan pengukur hingga papan terbuka seluruhnya.

3. Memastikan meteran menunjuk angka nol.

Pelaksanaan Pengukuran:

1. Balita yang akan diukur harus terbebas dari topi, atau alas kaki yang dapat berpengaruh dalam pengukuran panjang atau tinggi badan.

2. Meletakkan balita pada papan pengukur, kepala balita menempel rapat pada bagian papan pengukur yang statis (tidak bergerak).

3. Menarik kepala meteran hingga menempel rapat pada telapak kaki balita yang tegak lurus dengan bidang horizontal.

4. Membaca angka yang tertera pada kepala meteran, dan mencatat hasil pengukuran.

5. Mengembalikan kepala meteran ke tempat semula dan mengeluarkan balita dari papan pengukur.

Dengan Microtoise

Persiapan Alat:

1. Meletakkan microtoise di lantai dan menempel pada dinding.

2. Menarik pita meteran hingga angka nol.

3. Menempel ujung pita/meteran pada dinding.

4. Menarik kepala microtoise ke atas sampai paku.

Pelaksanaan Pengukuran:

1. Memposisikan balita tegak lurus membelakangi dinding.

2. Kepala balita dibawah alat geser.

3. Balita tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang belikat, pantat, dan tumit menempel di dinding.

4. Memposisikan kedua lutut dan tumit rapat.

5. Menarik kepala microtoise sampai puncak kepala balita.

6. Membaca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar dengan garis merah.

7. Angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari angka kecil ke angka besar.

8. Mencatat hasil pengukuran pada kartu status.

c. Prosedur Penentuan Umur Balita

1. Menentukan tanggal, bulan, dan hari penimbangan dikurangi dengan tanggal, bulan, dan waktu lahir.

2. Kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 16 sampai dengan 30 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.

3. Kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 1 sampai dengan 15 hari dibulatkan menjadi 0 bulan.

d. Prosedur Pengkategorian Status Gizi Menurut WHO-NCHS

1. Menggunakan hasil pengukuran BB dan U.

2. Melihat tabel baku rujukan status gizi.

e. Mengisi dan Membaca KMS

Balita Datang Pertama Kali:

1. Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran.

2. Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman dalam KMS balita:

l Kolom posyandu diisi nama Posyandu tempat anak didaftar.

l Kolom tanggal pendaftaran diisi tanggal anak didaftar pertama kali.

l Kolom nama anak diisi nama jelas anak.

l Kolom jenis kelamin diisi tanda ceklis (V) yang sesuai.

l Kolom “anak yang ke” diisi nomor urut kelahiran anak dalam keluarga (termasuk anak yang meninggal).

l Kolom tanggal lahir diisi bulan dan tahun lahir anak.

l Kolom berat badan lahir diisi angka penimbangan berat badan anak saat dilahirkan dalam satuan gram “berat badan lahir”.

l Kolom “nama ayah” dan “nama ibu” beserta pekerjaannya diisi sesuai nama dan pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut.

l Kolom “alamat” diisi alamat anak menetap.

3. Mengisi kolom bulan lahir.

4. Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS balita.

5. Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan lainnya.

6. Mengisi kolom pemberian imunisasi.

7. Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.

8. Mengisi kolom periode pemberian ASI Ekslusif.

Balita Datang Kedua Kali dan Seterusnya:

1. Jika ibu tidak membawa KMS, maka harus menanyakan hasil penimbangan 2 bulan sebelumnya agar dapat ditentukan status pertumbuhannya.

2. Melakukan langkah 4, kemudian menghubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu dalam bentuk garis lurus.

3. Melakukan langkah 5. Mencatat semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak sesuai bulan yang bersangkutan. Apabila anak mendapat imunisasi melakukan langkah keenam.

4. Apabila anak ditimbang pada bulan kapsul vitamin A (Februari dan Agustus) dan diberi kapsul vitamin A, melakukan langkah 7.

5. Apabila umur bayi masih dibawah 6 bulan, melakukan langkah 8.

f. Melakukan Tindakan Berdasarkan Catatan Dalam KMS

l Bila garis pertumbuhan naik

Diberikan pujian serta nasehat agar ibu meneruskan cara pemberian makanan kepada annakanya, namun dianjurkan agar makan lebih banyak lagi agar anak dapat terus tumbuh dan diupayakan berat badannya naik lagi pada bulan yang berikutnya.

l Bila garis pertumbuhan tidak naik

1. Timbangan tidak naik 1 kali (1T) ditanyakan riwayat makanan dan penyakitnya, kemudian memberikan nasehat makanannya, dan memotivasi agar BB naik bulan berikutnya.

2. Timbangan tidak naik 2 kali (2T) ditanyakan riwayat makanan dan penyakitnya, kemudian memberikan nasehat makanannya. Bila anak terlihat sakit segera dikirim ke Puskesmas atau fasiliitas kesehatan lainnya.

3. Timbangan tidak naik 3 kali (3T) anak dirujuk ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lain.

l Bila garis pertumbuhan berada dibawah garis merah (BGM), anak harus segera dirujuk ke Puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya.

1. Mencari penyebab kejadian tersebut, baik penyebab medis maupun penyebab non medis.

2. Jika tanda klinis (-), memberikan makanan tambahan.

3. Jika tanda klinis (+), melakukan 10 langkah tata laksana gizi buruk dan mengobati jika ada penyakit penyerta.

g. Prosedur Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA):

1. Mempersiapkan alat pengukur, yaitu pita pengukur lingkar lengan atas.

2. Memperkenalkan diri dan menerangkan prosedur pengukuran serta manfaatnya.

3. Memilih lengan yang akan diukur, yaitu yang jarang dipakai bekerja (lengan kiri, jika kidal yang diukur lengan kanan).

4. Membebaskan lengan ibu hamil dari pakaian.

5. Mengukur panjang lengan, dengan titik pengukuran dari pangkal (acromion) hinggga siku (olecranon). Lengan ibu membentuk sudut 90°.

6. Merelaksasikan lengan ibu hamil.

7. Mengukur lingkar lengan atas pada titik tengah panjang dengan pita pengukur LILA.

8. Membaca hasil pengukuran LILA.

BAB III

HASIL

Dalam kegiatan Field Lab di Puskesmas Masaran II Sragen, mahasiswa melakukan sendiri seluruh kompetensi yang akan dicapai pada balita dan ibu hamil, namun pengukuran hanya dilakukan pada 1 balita dan 2 ibu hamil.

A. Balita

Nama : Ilham

Tanggal lahir : 2 Januari 2006

Umur : 35 bulan (2 tahun 11 bulan)

Cara penentuan umur :

12 12 2008 (tanggal pengukuran)

02 01 2006 (tanggal lahir)

10 11 0002

Dibulatkan menjadi +0 bulan

Umur = 2 tahun + 11 bulan + 0 bulan = 2 tahun 11 bulan

Berat Badan : 9,6 kg

Tinggi Badan : 84 cm

Berdasarkan prosedur pengisian KMS, hasil pengukuran Ilham berada di Bawah Garis Merah (BGM). Tindakan sesuai dengan prosedur adalah anak harus segera dirujuk ke Puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya.

1. Mencari penyebab kejadian tersebut, baik penyebab medis maupun penyebab non medis.

2. Jika tanda klinis (-), memberikan makanan tambahan.

3. Jika tanda klinis (+), melakukan 10 langkah tata laksana gizi buruk dan mengobati jika ada penyakit penyerta.

B. Ibu Hamil

I. Nama : Ny. Listiana

Umur : 18 tahun

LILA : 22,5 cm

II. Nama : Ny. Suparti

Umur : 35 tahun

LILA : 20 cm

Karena kedua probandus diatas mempunyai LILA kurang dari 23,5 cm, maka keduanya termasuk dalam kategori risiko KEK (kurang energi kronis). Menurut buku manual Field Lab, tindakan yang dapat dilakukan adalah menganjurkan ibu hamil untuk :

1. Makan cukup (satu piring lebih banyak) dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang.

2. Hidup sehat.

3. Istirahat lebih banyak, atau mengurangi aktifitas yang melelahkan.

4. Minum tablet besi.

5. Memeriksakan kehamilan secara teratur.

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam melakukan pengukuran pada balita, baik TB, PB atau BB pengukur harus mempunyai keterampilan tertentu. Misalnya, untuk membuat balita tenang sehingga tidak menangis. Pengukuran mempunyai hasil tidak akurat apabila misalnya, balita menangis saat ditimbang, sehingga penimbang mengalami kesulitan. Karena itu, pengukuran sebisa mungkin dilaksanakan dengan cepat. Begitu pula saat pengukuran TB atau PB. Pada saat pengukuran, kebetulan Ilham sedang mengalami diare, sehingga mungkin Ilham merasa tidak sehat dan nyaman sehingga menangis.

Berdasarkan penjelasan asisten instruktur, dalam pengukuran panjang badan (PB) balita, metode yang digunakan adalah menempatkan kaki balita pada tempat yang statis, hal ini dimaksudkan agar balita tidak dapat menendang bagian yang dapat bergerak. Akan tetapi, berdasarkan teori dalam buku manual Field Lab, bagian tubuh yang ditempatkan pada bagian papan pengukur yang statis adalah kepala balita. Kedua hal tersebut pada dasarnya akan menghasilkan angka yang sama bila pengukuran dilakukan dengan teliti, sehingga perbedaan tersebut sebenarnya tidak menjadi suatu masalah.

Menurut keterangan asisten instruktur, PMT diberikan jika dalam 3 pengukuran berturut-turut titik pertumbuhan balita dalam KMS berada di Bawah Garis Merah (BGM). Hal ini melengkapi teori dalam buku manual Field Lab, yang menyatakan bahwa PMT harus diberikan apabila hasil pengukuran balita di BGM, tanpa mempertimbangkan intensitas penimbangan.

Selama pembelajaran Field Lab, mahasiswa diberikan materi tambahan dalam merepresentasikan pertumbuhan balita pada KMS. Status pertumbuhan dikategorikan sebagai berikut:

- N1 (kejar) : BB naik, ke pita warna diatasnya

- N2 (normal) : BB naik, dalam pita warna yang sama

- T1 (kurang sesuai) : BB naik, ke pita warna di bawahnya

- T2 (datar) : BB tetap, pita warna yang sama atau dibawahnya.

- T3 (turun) : BB turun, ke pita warna yang dibawahnya.

Penentuan status gizi balita di Indonesia berdasarkan BB dan U seperti yang ditentukan dalam KMS sebenarnya kurang ideal, karena rata-rata masyarakat Indonesia dimensi tubuhnya lebih kecil jika dibandingkan dengan masyarakat barat walaupun usianya sama. Pengukuran status gizi yang ideal sebaiknya menggunakan indikator BB dan TB (berdasarkan tabel rujukan penilaian status gizi) yang telah ditentukan oleh Departemen Kesehatan RI, karena jika diukur berdasarkan BB dan U (standar WHO-NCHS), maka pada umumnya masyarakat akan masuk dalam kategori gizi buruk atau kurang.

Setelah melakukan pengukuran BB dan TB pada Ilham, berdasarkan tabel baku rujukan WHO-NCHS, Ilham termasuk dalam kategori gizi buruk (masuk dalam angka teratas, hampir mencapai gizi kurang). Menurut tabel baku rujukan status gizi menurut BB dan TB, Ilham termasuk dalam kategori kurus (masuk dalam batas teratas, hampir masuk kategori normal). Menurut pertimbangan keduanya, Ilham hanya perlu sedikit perbaikan gizi. Berat badan Ilham pada penimbangan sebelumnya mencapai 10 kg, namun pada penimbangan yang dilakukan mahasiswa dalam kegiatan pemantauan, BB Ilham turun. Hal ini dapat dikarenakan Ilham sedang menderita sakit diare, sehingga mempengaruhi pola penyerapan nutrisi sehingga mengganggu metabolisme tubuh.

Secara teoritis di dalam buku manual Field Lab, penatalaksanaan gizi buruk terfokus pada penanganan penyakit penyerta dan PMT. Namun, penatalaksanaan gizi buruk di lapangan tidak dapat diaplikasikan sesederhana itu. Permasalahan lain, yang berkaitan dengan gizi buruk harus terus ditelusuri sampai ke akarnya, hingga ditemukan penyebab pokoknya. Misalnya, kesalahan pola asuh orangtua dalam hal nutrisi.

Setelah melakukan pengukuran LILA pada kedua ibu hamil, kebetulan ditemukan keduanya memiliki LILA kurang dari 23,5 cm. Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil mengalami risiko kurang energi kronis (KEK). Agar pertumbuhan janin tidak terganggu, maka risiko KEK harus cepat ditangani, sesuai dengan prosedur penatalaksanaan risiko KEK dalam buku manual Field Lab.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan Field Lab dengan topik Keterampilan Pemantauan Status Gizi di Puskesmas Masaran II Sragen sudah berlangsung baik dan edukatif. Mahasiswa dapat mencapai seluruh kompetensi dalam tujuan pembelajaran. Mahasiswa juga menemui berbagai permasalahan di lapangan serta pemecahannya yang belum pernah didapatkan secara formal dalam pembelajaran di kelas, sehingga mahasiswa telah memiliki sedikit pengalaman sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat dalam tahapan selanjutnya.

B. Saran

Pelaksanaan Field Lab sebaiknya dilakukan bertepatan dengan jadwal Posyandu, sehingga mahasiswa dapat menghadapi pasien yang sebenarnya, sehingga bukan hanya berperan sebagai probandus. Mungkin apabila kurang memungkinkan untuk melaksanakan Field Lab bertepatan dengan jadwal Posyandu, mahasiswa dapat belajar dengan lebih efektif apabila probandus berjumlah lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2003. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan dan JICA.

Sururi, M. 2006. Penanggulangan Gizi Buruk. Akses di http://www.dinkespurworejo.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=4

Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta. 2008. Manual Field Lab, Keterampilan Pemantauan Status Gizi Balita dan Ibu Hamil. Surakarta: Field Lab FK UNS.

No comments:

Post a Comment