Friday, July 17, 2009

Field Lab: Imunisasi


Pelaksanaan Program Imunisasi di Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap patogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik (Baratawidjaja, 2006).
Pemerintah sebenarnya tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi harus dilakukan semua. Hanya lima jenis imunisasi pada anak di bawah satu tahun yang harus dilakukan, yakni BCG (bacillus calmette-guerin), DPT (difteri pertusis tetanus), polio, campak, dan hepatitis B (Depkes RI, 2005).
Pembelajaran Field Lab merupakan salah satu cara membekali mahasiswa, agar pada saatnya nanti mahasiswa telah siap berorientasi penuh pada masyarakat. Mahasiswa memperoleh berbagai tambahan ilmu dengan observasi langsung di lapangan, bukan hanya teoritis di dalam kuliah. Dengan mengikuti pembelajaran Field Lab, mahasiswa dapat membekali diri dengan dasar teori baik untuk pembelajaran formal dalam akademis maupun keterampilan dalam pelaksanaan program imunisasi yang nantinya akan sangat berguna pada saat terjun ke lapangan ditengah-tengah masyarakat.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu melakukan imunisasi. Adapun learning outcome pembelajaran ini adalah diharapkan mahasiswa:
1. Mampu menjelaskan tentang dasar-dasar imunisasi dan imunisasi dasar di Indonesia.
2. Mampu melakukan menajemen program dan prosedur imunisasi dasar bayi dan balita, anak sekolah, ibu hamil, dan calon pengantin wanita di Puskesmas mulai perencanaan, cold chain vaksin, pelaksanaan (termasuk penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi/ KIPI), pelaporan, dan evaluasi.
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
A. KEGIATAN HARI PERTAMA
Kegiatan Field Lab hari pertama dilaksanakan pada tanggal 17 April 2009 di Puskesmas Polokarto. Pada kegiatan hari pertama, mahasiswa diberikan pembekalan kegiatan Field Lab oleh instruktur lapangan, dan evaluasi awal tentang hasil pembelajaran dari Buku Rencana Kerja (BRK) yang telah dibuat. Kemudian mahasiswa berdiskusi dengan instruktur, Kepala Puskesmas Polokarto, dr. Bambang Saptono, dan pembimbing, yaitu dr. Arsita, dan Bapak Slamet tentang teknis pelaksanaan imunisasi di lapangan. Selain itu mahasiswa juga diberi pengarahan tentang teknis pengelolaan peralatan vaksin dan rantai vaksin di Puskesmas Polokarto. Selanjutnya mahasiswa melakukan observasi terhadap peralatan vaksin dan rantai vaksin di Puskesmas, berupa lemari es, vaccine carrier, spuit disposable dan non-disposable, termos, cool pack, dan cold box. Dalam penyimpanan di lemari es, vaksin yang sensitif terhadap panas (BCG, Campak, dan Polio) dan sensitif terhadap dingin (DT, TT, DPT, Hepatitis B) dipisahkan letaknya. Pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Polokarto menggunakan jenis vaksin combo, yaitu berupa DPT/Hepatitis B. Namun, pihak Puskesmas tetap menyediakan vaksin uniject, untuk persiapan apabila dijumpai pasien yang hanya memerlukan satu jenis imunisasi, misalnya DPT saja atau Hepatitis B saja.
B. KEGIATAN HARI KEDUA
Pada tanggal 24 April 2009 mahasiswa melaksanakan observasi di Puskesmas Pembantu Polokarto. Kegiatan Field Lab hari kedua ini kebetulan bertepatan dengan jadwal imunisasi di Puskesmas Pembantu Polokarto, yaitu setiap hari Jumat pada minggu kedua dan keempat setiap bulannya. Sebelum mengamati proses imunisasi, sambil menunggu kedatangan pasien, mahasiswa terlebih dahulu mengunjungi ruang penyimpanan vaksin. Mahasiswa diberi penjelasan tentang cara membawa vaksin dari lemari es hingga di ruangan imunisasi di Puskesmas atau bila imunisasi dilaksanakan di Posyandu di luar ruangan atau Puskesmas. Setelah pasien mulai berdatangan, mahasiswa segera menuju ruang tempat pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Pembantu Polokarto. Ruang pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Pembantu Polokarto tidak berdiri sendiri, namun menjadi satu dengan ruang Kesehatan Ibu dan Anak, sehingga tujuan pasien yang datang sangat variatif, ada pasien yang datang untuk berobat, ada juga pasien yang datang untuk tujuan imunisasi. Agar tidak berdesakan, setiap tiga mahasiswa mengobservasi tiga pasien imunisasi. Mahasiswa tidak melakukan sendiri imunisasi terhadap bayi dan balita, tetapi hanya mengamati proses pelaksanaan imunisasi yang dilaksanakan oleh dr. Arsita dan Ibu Hastuti sebagai juru imunisasi. Hal yang pertama dan terpenting apabila ada pasien yang datang dengan tujuan imunisasi adalah mengetahui usia dan jenis imunisasi yang telah diperoleh. Kemudian setelah itu menanyakan kondisi kesehatan bayi atau balita. Apabila bayi dan balita sehat, sehingga sesuai dengan indikasi imunisasi, maka imunisasi dapat segera dilakukan pada bayi dan balita, asalkan sesuai dengan indikasi masing-masing vaksin. Jenis vaksin yang diberikan di Puskesmas Polokarto adalah vaksin jenis combo atau kombinasi. (jadwal pemberian vaksin dilampirkan)
Data bayi dan balita yang diimunisasi
No
Nama Anak
Usia
Vaksin Yang Diberikan
1
Anggita
35 hari
1. Polio-1 à diberikan sebanyak 2 tetes, oral
2. BCG à diberikan pada lengan kanan, secara intrakutan
2
Zakky
9 bulan
1. Polio-4 à diberikan sebanyak 2 tetes, oral
2. Campak à diberikan pada lengan kiri, secara subkutan dalam
3
Hanum
2 bulan
1. Polio-2 à diberikan sebanyak 2 tetes, oral
2. DPT/Hepatitis B-1 à diberikan pada paha secara intramuscular
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan kegiatan Field Lab mahasiswa melakukan observasi terhadap pelaksanaan imunisasi untuk bayi dan balita. Namun karena tidak bertepatan dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), dan kebetulan pada saat observasi tidak ada pasien ibu hamil dan calon pengantin wanita, maka imunisasi untuk anak usia sekolah, ibu hamil, dan calon pengantin wanita tidak dipraktikkan. Namun, secara umum, prosedur pelaksanaan imunisasi untuk semua sasaran diatas sama.
Dalam pelaksanaan Field Lab mahasiswa tidak melakukan proses perencanaan sendiri, tetapi mahasiswa diberi penjelasan tentang prosedur perencanaan imunisasi. Untuk mendapatkan data penduduk, Puskesmas Polokarto Sukoharjo tidak menggunakan data BPS, tetapi menggunakan data langsung dari perangkat pemerintahan desa. Hasil ini terbukti lebih akurat, walaupun hanya mempunyai selisih ± 5% bila dibandingkan dengan data BPS, karena mungkin saja ada bayi atau balita yang lahir di wilayah pelayanan Puskesmas Polokarto Sukoharjo, tetapi kemudian tidak lama setelahnya orangtuanya pindah ke wilayah lain, sehingga jumlah data melebihi fakta yang ada. Untuk menghitung jumlah sasaran bayi, cara yang digunakan adalah:
Jumlah Bayi = 2,1 x Jumlah Penduduk


(Prosedur perencanaan imunisasi selengkapnya dilampirkan)
Selain itu, untuk mencegah kekurangan vaksin, dalam penghitungan, indeks pemakaian vaksin (IP Vaksin) diturunkan. Misalkan, apabila satu vial atau ampul sebenarnya memiliki 5 dosis, diturunkan menjadi hanya 4. Jadi, masih ada sisa vaksin sebagai dasar perhitungan untuk mencadangkan vaksin. Setelah IP Vaksin dikurangi, kebutuhan vaksin ditambahkan 10% dari angka yang didapatkan, sehingga rencana kebutuhan vaksin yang dikirimkan kepada pemerintah provinsi atau pusat diusahakan untuk tidak sampai terjadi kekurangan.
Secara praktis, pengelolaan vaksin di Puskesmas memiliki berbagai kendala, terutama keterbatasan dana, baik di Puskesmas Polokarto maupun Puskesmas Pembantu Polokarto. Terdapat 2 unit lemari es di Puskesmas Polokarto, namun 1 unit lemari es sudah tidak berfungsi secara maksimal, karena di dalamnya dapat timbul bunga es. Kendala lain yang belum sesuai dengan teori mungkin adalah letak lemari es yang belum mempunyai ruangan sendiri, yaitu berada di dekat toilet. Sebaiknya, disediakan ruangan khusus untuk menyimpan vaksin, untuk meminimalkan kontaminasi bahan yang dapat merusak vaksin. Sedangkan lemari es di Puskesmas Pembantu Polokarto tidak hanya digunakan untuk menyimpan vaksin, tetapi juga digunakan untuk menyimpan berbagai reagen untuk pemeriksaan laboratorium.
Untuk pengelolaan vaksin di Puskesmas Polokarto, dalam praktiknya apabila dalam keadaan darurat, vaksin yang berada di luar termos atau lemari es masih bisa digunakan, asalkan VVM yang ada pada vial atau ampul masih baik. Namun, sebaiknya bila keadaan tidak mendesak, vaksin tersebut lebih baik tidak digunakan.
Pada pelaksanaan imunisasi di lapangan, jadwal imunisasi ternyata tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan tepat waktu. Misalnya, ada pasien yang datang terlambat untuk imunisasi yang seharusnya dilakukan satu bulan sebelumnya. Hal ini bisa dikarenakan bayi sakit pada saat jadwal yang ditetapkan, atau orangtua kurang patuh pada jadwal imunisasi. Apabila dijumpai hal seperti ini, imunisasi yang terlambat tetap diberikan, sesuai dengan usia bayi dan balita yang datang. Yang terpenting adalah imunisasi tidak boleh diberikan apabila usia bayi atau balita belum cukup untuk mendapatkan imunisasi tersebut. Intinya, imunisasi terlambat tidak apa-apa, namun imunisasi tidak boleh diberikan sebelum waktunya.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan kegiatan Field Lab dengan topik Program Imunisasi di Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo sudah berlangsung baik dan edukatif. Mahasiswa dapat mencapai seluruh kompetensi dalam tujuan pembelajaran. Mahasiswa juga menemui berbagai permasalahan teknis di lapangan serta pemecahannya yang tidak didapatkan secara teoritis, sehingga mahasiswa telah memiliki tambahan pengalaman sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat dalam tahapan selanjutnya.
B. Saran
1. Sebaiknya penyuluhan untuk pelaksanaan program imunisasi lebih ditingkatkan lagi, agar pasien yang datang untuk imunisasi tidak hanya bayi dan balita, tetapi juga ibu hamil dan calon pengantin wanita.
2. Sebaiknya apabila memungkinkan Puskesmas mengajukan penambahan anggaran pada tahun mendatang untuk memperbaiki peralatan pengelolaan vaksin ataupun perbaikan ruangan imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja, Karnen G. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke Tujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Jangan Mengabaikan Jadwal Imunisasi!. Akses di http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=983&Itemid=2. tanggal 28 April 2008, 19:46.
Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta. 2009. Manual Field Lab Program Imunisasi. Surakarta: Field Lab FK UNS.

4 comments:

  1. Apakah imunisasi itu harus?
    bagaimana dengan orang jaman dahulu yang tidak diimunisasi tetapi toh tetep sehat dan mempunyai kualitas hidup yang lebih lama.
    lagipula antibodi kita kan sudah terbentuk.
    namun apa yang membuat tubuh kita mempunyai daya tahan yang rendah?

    ReplyDelete
  2. sangat perlu dilakukan. memang sepanjang tidak terpapar agen-agen patologis tidak akan terjadi apa-apa.
    jika sudah pernah sakit, mungkin tidak perlu dilakukan lagi imunisasi.
    banyak sebab, antara lain kurang nutrisi (gizi) karena antibodi dibentuk dari protein.
    semoga berkenan.

    ReplyDelete
  3. makasih mbak, sampah tutorial benar" membuat kita nyampah

    ReplyDelete
  4. betul sekali! makasih buat mbah google yang menyediakan media buat nyampah. hehe. :D

    ReplyDelete